Notulensi BON Ikasa Makassar "Mencapai SDGs 2030 Melalui Penguatan Komunitas & Data Spasial Terbuka"
Day, Date & Time : Rabu, 8 Februari 2017 Pukul 20.00 Wita
Pemateri : Biondi Sanda Sima, S.Ip.,M.Sc.,L.LM
Tema : Mencapai SDGs 2030 Melalui Penguatan Komunitas & Data Spasial Terbuka
Moderator 1 : Rezki Rahmadani
Moderator 2 : Andi Pramesti Ningsih
Notulen : Agwiyumi Lee
Seputar Pemateri :
Biondi Sanda Sima saat ini menjabat sebagai Communications Specialist di Humanitarian OpenStreetMap Team (HOT) Indonesia di Jakarta dan Co-Chair Indonesian Youth Diplomacy (IYD). HOT adalah suatu organisasi yang berkonsentrasi pada pemetaan digital untuk rencana kontinjensi bencana, respon kemanusiaan dan pembangunan ekonomi (https://hotosm.org/updates). Sedangkan IYD sendiri adalah focal point untuk Sherpa G-20 Indonesia (http://sherpag20indonesia.ekon.go.id/index.php?r=site/content&content=y20).
Secara sederhana, SDGs (Sustainable Development Goals) atau yang sering disebut juga #GlobalGoals adalah target global kolektif untuk memastikan bahwa pembangunan (development) bersifat berkelanjutan atau ramah terhadap aspek sosial dan lingkungan di samping tetap memastikan pertumbuhan ekonomi. SDGs merupakan kelanjutan dari MDGs (Millenium Development Goals) yang disepakati oleh 194 negara anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB / United Nations) dan tertuang dalam resolusi A/RES/70/1 tanggal 25 September 2015. Nah SDGs ini ditargetkan akan dicapai dalam kurun waktu 15 tahun (2030). Terdiri dari 17 goals yang terbagi lagi ke dalam 169 target dan 230 indikator.
SDGs mencakup banyak sekali aspek, dari kemiskinan, pendidikan dan kesehatan, tata kota, perubahan iklim, perlindungan hutan dan ekosistem laut, penyetaraan gender, energi, penguatan hukum, goals ini terbilang sangat ambisius!
Bagaimana penerapan SDG di Indonesia?
Berikut klusternya :
- Untuk pilar sosial ada No Poverty, Zero Hunger, Good Health & Well-Being, Quality Education, Gender Equality, Clean Water & Sanitation.
- Untuk pilar ekonomi ada Affordable and Clean Energy, Decent Word & Economic Growth, Industry, Innovation & Infrastructure, Reduce Innequalities, Sustainable Cities & Communities, Responsible Consumption & Production.
- Untuk pilar lingkungan ada Climate Action, Life Below Water, Life On Land
- Untuk pilar kerjasama dan implementasi ada Peace, Justice & Strong Institutions, Partnership For The Goals
Berikut pengejawantahannya dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional)
Berhubung masih terbilang baru, belum bisa ada klaim progress berarti. Namun Indonesia sangat berkomitmen untuk mencapai SDGs dan telah dituangkan dalam rencana pembangunan nasional. Tinggal bagaimana mengkonversi rencana ini ke tingkat subnasional (pemda). Intinya, SDGs ini berupaya menyatukan visi negara-negara untuk secara bersinergi memastikan pembangunan tidak merusak lingkungan dan inklusif terhadap kelompok-kelompok rentan. Tentunya tidak akan terwujud hanya dengan perjanjian saja. Tapi perlu komitment, koordinasi dan implementasi konkrit.
Nah, perihal respon masyarakat, saya ingin berbicara sedikit tentang pentingnya peran komunitas dan ketersediaan data. Pada saat penerapan SDGs, misalnya saat menerapkan inisiatif distribusi fasilitas kesehatan (goal #3), perlu diketahui berapa jumlah populasi yang belum mendapatkan akses pelayanan kesehatan memadai. Dimana saja lokasinya? Bagaimana penyebarannya? Berapa jumlah fasilitas yang dibutuhkan? Semuanya ini membutuhkan data agar kebijakan tidak diambil hanya berdasarkan instict / perasaan / estimasi tidak berdasar.
Data-data yang biasanya dikumpulkan melalui survey lapangan, biasanya masih bersifat tabular (bentuk tabel), atau kumpulan foto-foto. Data seperti ini, terutama dalam format-format tertentu, sangat sulit untuk dianalisa dalam jumlah masif. Akan memakan waktu lama untuk konversi dan memahami satu per satu. Selain itu pengambilan kesimpulan menjadi kurang akurat apabila data yang terkumpul tidak dapat dianalisa dengan baik.
Di sini peran data spasial sangat berguna. Data spasial membantu saat visualisasi persebaran dan mudah untuk dikostumisasi / dianalisa menggunakan banyak open-source yang sifatnya gratis dan terbuka. Visualisasi dan analisa melalui automated tools mempermudah pengambilan kebijakan yang akurat dan tepat sasaran.
Di samping itu, berbicara mengenai open-source, perangkat gratis dan terbuka memungkinkan masyarakat berkontribusi menyumbang informasi yang dekat dengan lingkungan sekitarnya (semacam perangkat Qlue untuk laporan permasalahan warga, Peta Bencana untuk laporan banjir, dkk). Tentunya ini akan memperkaya data di lapangan dan bersifat lebih real-time! Tanpa harus menunggu disurvey dulu yang belum tentu akurat akibat sampling yang tidak representatif misalnya.
Untuk menyimpulkan, ada 4 alasan mengapa crowdsourced ( kurun daya atau partisipatif, dalam artian siapa saja bisa berkontribusi mengakses dan menambah informasi, semacam wikipedia untuk ensiklopedia, atau openstreetmap untuk peta digital ), open-source tools dan data sangat perlu dimasyarakatkan dalam pencapaian SDGs ini :
Pertama, informasi ini dapat mengisi kekosongan (filling the gaps) dari informasi autoritatif milik pemerintah.
Kedua, membantu menginformasikan pengambil kebijakan dengan sistem automatisasi dan dapat dianalisa secara lebih mudah dengan visualisasi yg jelas.
Ketiga, dapat menjadi alat advokasi kuat untuk isu-isu tematik sesuai dengan kebutuhan, terutama oleh kaum yang termarginalkan. Perangkat gratis dan terbuka ini memberikan akses dan kesempatan bagi kaum rentan diskriminasi untuk dapat mengumpulkan data dengan biaya minim namun tetap representatif.
Terakhir, dapat membantu monitoring progress secara real-time dengan jangkauan yang hampir tidak terbatas (tidak perlu tunggu survey untuk monitoring dan evaluasi progress).
Tentunya ada beberapa hambatan dalam penggunaan perangkat seperti ini, semisal penetrasi internet yang lemah (perlu pengubahan sistem menggunakan SMS misalnya di wilayah sangat terpencil), data vandalism, atau minimnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan teknologi seperti ini.
Nah di sini peran pemuda yang lebih melek teknologi dan internet diperlukan! Open-source, seperti Open Street Map untuk penggunaan data spasial dapat dimanfaatkan untuk beragam macam inovasi yang kaya data dan dapat terus diupdate dengan biaya yang minim.
Adapun di kantor saya, HOT, data spasial dan peran komunitas digunakan untuk bermacam-macam tujuan, seperti memetakan wilayah yang terkena dampak malaria dan ebola, memetakan akses finansial wilayah terpencil, memetakan tempat mengungsi IDP baik karena krisis politik seperti di Suriah maupun karena bencana, memetakan infrasktruktur vital.
Salah satu proyek HOT Indonesia yang belum bisa saya bagikan terlalu banyak karena masih proses, adalah pemetaan korupsi di Indonesia bekerjasama dengan ICW! Info selanjutnya akan kami update melalui sosial media (hotosm, hotosm_id, osm_id) di facebook, twitter, youtube dan instagram.
Q & A
1. Apa saja parameter keberhasilan penerapan SDGs?
Jawab :
Untuk parameter keberhasilan ada 230 indikatornya bisa dilihat langsung daftarnya di sini: https://sustainabledevelopment.un.org/content/documents/11803Official-List-of-Proposed-SDG-Indicators.pdf
Perlu diakui kebanyakan indikator, terutama Goal 5.b. yang saya pelajari, lebih bersifat pada apakah sudah ada perangkat hukum nasional maupun sistem yang mengatur target yg dimaksud (misalnya undang-undang hak wanita), atau bisa juga diukur dari kepemilikan akses teknologi (handphone) dan tanah oleh wanita, berapa jumlah kursi parlemen atau kursi managerial position yang diduduki oleh wanita. Sebisa mungkin menjadi indikator yang dapat dikuantifikasi / diukur untuk memudahkan monev progress. Nah, apakah yang terhitung ini benar2 bisa merepresentasikan perubahan atau pencapaian yang lebih mendasar pada mindset terhadap perempuan, bisa jadi pertanyaan lain lagi.
2. Sejauh mana komitmen pemerintah dalam mencapai SDGS? Khususnya program di daerah, adakah semacam kebijakan atau perda?
Jawab :
Sepanjang pengetahuan saya sendiri, baru pada tahap nasional. Tantangannya memang untuk menerjemahkan inisiatif ini pada tingkat daerah. Ini juga diperlukan kepemimpinan (good-will) yang baik dari tingkat daerah untuk mendorong pencapaian SDGs.
3. Berbicara tentang ketersediaan data di Indonesia bisa dibilang buruk karena data bps kab. dan bappeda saja banyak sekali ditemukan perbedaan bahkan untuk daerah yg masih tertinggal susah didapatkan. Bagaimana dengan kondisi tersebut?
Jawab :
Untuk conflicting data memang dilema. Ada beberapa inisiatif pemerintah untuk sinkronisasi data, seperti Satu Peta, Satu Data, tujuannya untuk menyamakan persepsi, menyelesaikan overlapping jika ada. Tapi tentunya ini akan memakan waktu tahunan, bahkan puluhan.
Untuk era digital, saya rasa akan banyak proses yang bisa lebih dipermudah untuk urusan sinkronisasi / pengumpulan dan update data. Namun, dari pemerintah lokal perlu terus didorong dan dilatih untuk lebih melek teknologi.
Untuk era digital, saya rasa akan banyak proses yang bisa lebih dipermudah untuk urusan sinkronisasi / pengumpulan dan update data. Namun, dari pemerintah lokal perlu terus didorong dan dilatih untuk lebih melek teknologi. Untuk crowdsources mapping sendiri (spasial data). Selama ada koneksi internet, masyarakat bisa turut berpartisipasi melengkapi data. Penetrasi dan infrastruktur IT perlu ditingkatkan, kalau menjawab masalah bagaimana dengan masy di wilayah terpencil. Untuk OSM, digitasi data juga bisa dilakukan oleh orang di kota lain (dengan internet yang lebih baik) untuk melengkapi data di wilayah tertinggal. Namun akan lebih baik jika masyarakat setempat juga terlibat karena mereka memiliki local wisdom untuk daerah tersebut.
Untuk pelengkapan data spasial pakai OSM, bisa lihat di sini ya: http://openstreetmap.id/en/tutorial/
4. Rifqi Oktavianto - UGM : Untuk ketersediaan data spasial yang saat ini ada di Indonesia bagaimana perkembangannya? Dan bagaiamana (kondisi) partisipasi aktif masyarakat dalam mengembangkan data-data spasial untuk mendukung SDGs 2030?
Jawab :
Untuk partisipasi di Indonesia bisa dibilang cukup menjanjikan. Ada >5,000,000 bangunan terpetakan dari 2011-sekarang, dengan jumlah pelatihan >120 dan jumlah pemeta tersertifikasi >2,800 orang. Untuk hubungannya dengan SDGs, saya rasa perlu mendorong motivasi pemeta untuk peduli dan tahu betapa pentingnya data-data ini bukan hanya saat pelatihan namun bisa terus memetakan dan mengajari teman-temanya bagaimana cara memetakan, misalnya saat ada aktivasi tasking bencana (seperti saat Gempa Pidie kemarin: https://hotosm.org/updates/2016-12-13_hot_indonesia_launches_a_tasking_manager_and_pidie_mapathon_in_response_to_aceh, maupun untuk pencapaian SDGs lainnya. Cara yang paling baik untuk memastikan keberlanjutan pelatihan adalah dengan membentuk komunitas OSM lokal, baik di universitas maupun di kawasan rumah. Salah satu contoh inisiatif yang baik adalah melalui #youthmappers.
http://www.youthmappers.org. Saat ini belum ada chapter youth mappers di Indonesia. Diharapkan ada beberapa co-founder yang mau memulai membentuk komunitas OSM lokal yang berkelanjutan di universitas-universitas. Dari HOT akan memberi dukungan inisiatif seperti ini.
5. Veni Ayu - UGM : Saya sangat antusias dengan SDGs karena mottonya yang no one left behind. Karena hal tersebut saya jadi semangat buat kampanye sdgs, namun yang selalu jadi pertanyaan adalah apakah bisa motto ini dicapai oleh Indonesia karena sudah satu tahun lebih sdgs ada nyatanya media komunikasi yang aktif seperti televisi tak pernah memunculkan tentang isu sdgs ini, dan jika mengandalkan sosialisasi kadang masyarakat lelah dan menganggap sosialisasi tersebut hanya wacana. Menurut kak Biondi nih gimana cara yang paling efektif dan tepat untuk memperkenalkan sdgs ke masyarakat dan mengajak masyarakat untuk ikut mendukung tujuan global ini?
Jawab :
Perlu ada istilah kerennya 'institusionalisasi' agar capaian SDGs bottom-up lebih tersistematisasi. Satu tahun waktu yang cepat untuk mengharapkan banyak hal. Dari level nasional bisa menuangkan ke RPJMN saya rasa sudah jadi awal dan dasar yang baik.
Perlu diingat juga, SDGs tidak bisa dicapai secara serentak bersamaan. Perlu ada fokus di masing-masing goals. Sara saya untuk anak muda yang ingin mendukung bisa memilih salah satu dari 169 target dan fokus mendukung target tersebut melalui kegiatan-kegiatan yang berkelanjutan (bukan cuman sosialisasi dan atau event sekali dibikin lalu bubar).
Di website ECOSOC UN ada publikasi tentang contoh-contoh gerakan / proyek yang diinisiasi anak muda untuk mendukung SDGs. Tentunya tidak bisa berharap mendukung semuanya, cukup satu saja sudah baik. Kalau ketemu akan saya taruh di sini untuk acuan / inspirasi.
Dari HOT sendiri sedang ada program microgrants untuk kelompok kecil yang ingin melakukan proyek lokal namun terhalang ketersediaan dana: https://hotosm.org/updates/2017-02-02_hot_microgrants_programme_launches_0
6. David - NCKU : Untuk affordable and clean energy kenapa pengimplementasianya di indonesia hanya di bagian security? padahal indonesia masih membutuhkan sumber-sumber energi yang lebih besar lagi serta apakah indonesia tidak bisa membuat "energi terbarukan" sebagai sumber energinya? karena setahu saya indonesia yang masih terbilang developing country masih fokus kepada peningkatan ekonomi yg salah satunya ditopang oleh energi dibandingkan security. Selanjutnya seberapa besar sistem informasi yang telah digunakan di Indonesia utk mendapatkan data-data yang telah kak biondi sampaikan sebelumnya ?
Jawab :
Saya rasa maksud security di sana juga termasuk ketersediaan energi dari sumber-sumber alternatif. Memang perlu disesali, di Indonesia sendiri fokus energi terbarukan masih sangat minim, masih bergantung pada coal dan natural gas (karena kita punya ketersediaan SDA dan peralataan / teknologi yang cukup untuk itu). Untuk sumber lain, seperti geothermal masih perlu investasi besar-besaran walaupun pemerintah pun sudah mencoba.
Untuk urusan assessment energi terbarukan juga banyak debat, seperti wind turbin yang perlu menggusur atau mengganggu wilayah pemukiman atau mengganggu ekosistem burung. Perlu ada studi kelayakan (disamping tentunya kesiapan investasi dan SDM untuk mengelola) yang memakan waktu panjang.
Saya sendiri bukan ahli untuk urusan ini. Tapi saya sepakat sangat perlu mengarahkan resources untuk mengonversi rasio energi lebih pada energi terbarukan. Selain itu untuk konteks Indonesia sendiri, seperti yg tercantum di dokumen INDC UNFCCC, 70% urusan emisi karbon berasal dari kebakaran hutan dan lebih sedikit dari emisi gas kendaraan dan industri (yang menggunakan fossil fuels).
Untuk pertanyaan terakhir seputar dukungan infrastruktur IT, saya pernah baca presentasi penetrasi internet (tapi saya tidak siapkan). Saran saya bisa baca-baca tentang proyek Palapa Ring kalau memang tertarik bidang penetrasi infrastruktur IT.
Untuk perangkat lainnya, yang kami lakukan di HOT termasuk dalam 'filling the gaps' dari masyarakat-masyarakat komunitas dan terpencil untuk bisa memanfaatkan alat-alat sederhana, seperti GPS dan mobile apps untuk mengumpulkan data lokal.
Untuk informasi selanjutnya, dapat dilihat di website dibawah ini :
* hotosm.org, openstreetmap.id (untuk mapping dan spatial data untuk development)
* indonesianyouthdiplomacy.org (untuk isu internasional, terutama G20 dan youth).
Pesan dari Pemateri :
Untuk mencapai SDGs peran pemuda serta komunitas adalah poin penting. Dengan saling mencapai goal pada setiap fokus suatu komunitas akan membantu peruwujudan SDGs yang lebih berarti.
Kami dari IKASA REGIONAL MAKASSAR mengucapkan banyak terima kasih atas partisipasi anda sebagai peserta BINCANG ONLINE KETIGA KAMI. Berkat kalian, IKASA MAKASSAR Mampu menembus angka 240 untuk total peserta yang berpartisipasi dan itu adalah angka terbesar dari sejarah KULIAH / SHARING secara online. Terima kasih ^^
Jangan lupa ikuti bincang online berikutnya dengan tema dan pembicara yang tak kalah menariknya! Untuk itu, yuk segera kepo-in dan add akun kami :
Website : www.ikasamakassar.tk
Fanpage Facebook : IKASA MAKASSAR
Twitter : @ikasamakassar
Instagram : @ikasamakassar
OA Line : @hwa1088d
SALAM SEMANGAT PEMUDA/I INDONESIA !
Agwiyumi Lee (Notulen)
#ikasamks
#bon3rd
#sdgs
#mudakreatifbersemangat
#hotosmid
#OSMID
#radioppirturki
#radioplsmks
#eventsyouthvellas
#gibrandphotography
#inspiratorindonesia
Komentar
Posting Komentar