IKASA Makassar, Dari Pemuda Untuk Indonesia
Assalamualaikum wr.wb…
Salam ini saya ucapkan kepada kalian generasi MICIN. Generasi yang akan membawa Indonesia ke arah lebih baik. Eitsss..jangan salah paham ya…MICIN di sini hanya akronim loh…Muda, Intelek, dan Cinta Indonesia. Mungkin begitu. Oh iya, di sini melalui tulisan ini sedikit saya berbagi pengalaman di IKASA Makassar. Organisasi sosial rintisan pemuda yang peka terhadap isu-isu sosial.
Kegiatan sosial bukanlah terbilang baru bagiku. Hidup di tengah masyarakat plural dengan problematika kehidupan yang begitu kompleks membuat saya harus berpikir apakah saya harus menikmati hidup ini secara terus menerus dalam zona nyaman atau sedikit berimprovisasi. Hanya dua pilihan, saya pikir saya harus sedikit melangkah keluar dari zona nyaman. Sebagai seorang pemuda, tentu tanggung jawab yang sangat besar diemban ketika identitas ini tersemat dalam diri kita. Bila kita merefleksi bagaimana sosok pemuda itu, bisa kita lihat dari histori perjalanan bangsa ini. Loh kok memandang ke belakang move on dong…hehe. Tidak, sejarah mengajarkan kita banyak hal. “Jas Merah” (bukan almamater universitas ya), Jangan Melupakan Sejarah, kata Soekarno. Tak kenal sejarah maka dia tidak mengenal bangsanya sendiri. Ets.. Kembali ke laptop…Selain atas berkat rahmat dan karunia Allah SWT ada sekelompok orang yang mengantarkan kita ke depan gerbang kemerdekaan. Siapa mereka? Pemuda yang menculik Soekarno ke Rengasdengklok untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia di tengah tekanan golongan tua yang mempunyai alur sendiri dalam memproklamirkan kemerdekaan. Keberanian, semangat, serta rasa tanggung jawab mengalir dalam darah pemuda. Karena menurut imam Al-Ghazali, pemuda hari ini adalah pemimpin di masa depan. Gambaran pemuda peduli sosial niscaya ke depannya mampu menjawab tantangan problematika sosial di Indonesia.
Perjalanan dari rumah ke kampus yang begitu jauh membuatku membuka mata bahwa perjuangan itu memang membutuhkan pengorbanan, curhat dikit ndak apa-apa kan? Di perjalanan itu pula membuatku membuka mata, bahwa realita kehidupan memang membutuhkan pengorbanan yang jauh lebih ekstra dibandingkan perjuanganku karena mereka berjuang bagaimana mempertahankan hidup hari ini, ntah esok hari.
Kondisi miris terjadi ketika kota yang katanya dijuluki sebagai Smart and World Class City mungkin perlu ditinjau lagi mengingat banyaknya problema sosial yang belum terselesaikan. Salah satunya adalah masalah pendidikan. Kita harus menyadari bahwa stake holder bukanlah pemain tunggal, ini adalah tanggung jawab kita bersama. Kalau kata Dilan “jangan rindu, itu berat biar aku saja”. Tapi bagi saya, sebagai pemuda peduli sosial, Dilan itu keliru. Yang benar adalah “Jangan aksi, itu berat biar kita saja”. Aksi dilakukan oleh “kita” bersama-sama membantu peran pemerintah dalam mereduksi masalah sosial utamanya pendidikan. Hal ini mengingatkanku salah satu quotes Anis Baswedan, yang berbunyi:
“Mendidik adalah tanggung jawab bagi setiap orang terdidik. Berarti juga, anak-anak yang tidak terdidik di Republik ini adalah “dosa” setiap orang terdidik yang dimiliki Republik ini. Anak-anak nusantara tidak berbeda mereka semua berpotensi. Mereka hanya dibedakan oleh suatu keadaan.”
Kutipan Anis Baswedan tersebut mungkin dapat menggetarkan jiwa bagi siapa saja yang membaca maupun mendengarnya termasuk saya. Quotes tersebut sontak membuat saya termenung dan sadar akan tanggung jawab ini. Seakan dalam diri ini meronta, “Sebagai pemuda saya harus berkontribusi!!!”.
Sebagai realisasinya, perjalananku bergabung kegiatan sosial kolektif dimulai dari kevolunteeran di salah satu komunitas pegiat pendidikan di Makassar. Di sini saya belajar banyak bahwa mereka memang membutuhkan atensi yang sangat besar. Seiring berjalannya waktu, kegilaanku terhadap organisasi sosial semakin meningkat. Hal ini membuat saya bersama teman-teman yang lain yang tergabung di grup Isof (Indonesian Social Forum) merintis organisasi sosial IKASA Makassar.
Lahir dari niat yang baik untuk melunasi janji kemerdekaan, warna yang berbeda semakin membuat kami solid. Jika kita lihat pelangi, ada banyak warna yang kemudian membentuk warna cahaya. Begitulah mungkin filosofi di Ikasa Makassar. Dengan berbagai background yang berbeda, setidaknya mampu membantu mereduksi permasalahan sosial yang ada.
Bagi saya, organisasi ini terbilang kece abis, sesuai dengan tag linenya, #mudakreatifbersemangat. Selain itu IKASA Makassar sangat mengedepankan kekeluargaan dan menurut saya this is the real social organisation dan membuatnya beda dengan organisasi lain. “Kakak” begitulah sapaan bagi setiap kami di dalam organisasi ini. Menurut saya inilah yang paling menarik, ada makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Apresiasi dan rasa hormat tanpa memandang usia menjadi pemersatu kami.
Selain itu, berbagai kegiatan yang menurut saya tidak sekonservatif organisasi lain. Sebut saja BON (Bincang Online), Go Teaching yang insya allah akan memasuki batch#3, dan tentunya program andalan dari Divisi PSDM yaitu ODC (One Day Closer). Kegiatan yang berdurasi sejam tapi bagi kami serasa sehari. Hehe…hiperbola ya… Kegiatan ini bertujuan untuk lebih mengakrabkan kami meskipun melalui media daring. Oh iya… sedikit out of theme ya….daring itu Bahasa Indonesia baku dari Online (skefo, hehehe….). Go Teaching menurut saya yang paling menantang. Selain tantangan mengajar, medan menjadi salah satu hal yang menarik. Saya merasakannya di Go Teaching Batch#2. Berjalan di kesunyian malam selama dua jam dengan medan yang begitu berat ditambah gonggongan anjing yang seakan menyapa kami, “apa yang kalian lakukan di sini?”. Kembali dari niat awal, Alhamdulillah dapat mengalahkan semua tantangan itu. Animo anak-anak Holiang (Lokasi GT- Batch#2) yang begitu besar mengobati kelelahan kami. Selain itu masih banyak kegiatan lain yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu karena kenangan yang manis dan indah di dalamnya (Upsss).
Oh iya, bagi kalian yang merasa anak muda. Ayo lihat the real world. Mereka membutuhkan kalian. Buka mata kita semua, negeri ini membutuhkan aksi kawan. Bukan hanya retorika yang tak ada realisasinya. Terakhir, saya kutip pepatah Bugis Makassar,
"Paddioloiwi niak madécéng ri temmakdupana iyamanenna"
Artinya: Dahului dengan niat baik sebelum melakukan pekerjaan. Pekerjaan yang didahului niat untuk memajukan negeri ini, bismillah Allah pasti meridhoi segala aktivitas sosial kita. Jayalah IKASA Makassar, Muda Kreatif Bersemangat.
Komentar
Posting Komentar