Notulensi BON Ikasa Makassar
Day, Date & Time : Senin, 28 April 2018
Pemateri : Margianta S.J.D
Tema : Say No To Modern Slavery With Emancipate ID
Moderator 1 : Andi Amalia Sabila
Moderator 2 : Nuridha
Notulen : A Pramesti Ningsih
Seputar Pemateri :
Pemateri kali ini adalah kak Margianta S.J.D dari Emancipate ID. Beberapa prestasi yang pernah diraih oleh pemateri adalah sebagai berikut:
🏆 Best Participant of Human Rights School for Undergraduate Students (seHAMA) batch 8 2016
🏆 Indonesian Youth Delegate for SOS Summit 2017 Washington D.C., USA
🏆 Indonesian CSO Representative for ASEAN Community Forum 2018, Singapore
YSEALI Summit by U.S Embassy, Malaysia 2015
Materi
Emancipate Indonesia atau Emancipate ID adalah organisasi yang berfokus melawan perbudakan modern melalui pelibatan pemuda. Kami ada sejak tahun lalu, dan tersebar di 3 kota (Jakarta, Lampung dan Yogyakarta) :)
Sejarah Emancipate ID
Di tahun 2017, kebetulan saya terpilih menjadi perwakilan Indonesia di Students Opposing Slavery Summit di Washington D.C, Amerika Serikat. Di sana saya belajar banyak hal tentang human trafficking dan berbagai jenis perbudakan modern lainnya.
Di satu momen saat saya berada di Times Square, New York, saya merasa begitu jauh dari rumah. Dan saya merasa bahwa saya tidak mau pergi jauh-jauh ke Amerika tanpa pulang membawa perubahan yg berdampak.
Saya juga teringat bahwa di Indonesia rasanya belum cukup banyak anak muda yang peduli tentang isu perbudakan modern. Saya sendiri menyadari sejak tahun 2010, tapi selama ini hanya mengambil tindakan individu yang kurang berdampak.
Sehingga di momen tersebut, saya merasa harus berbuat lebih. Saya berkomitmen untuk merealisasikan visi saya dalam skala besar dan berkelanjutan. Maka begitu saya pulang, saya coba merealisasikan visi saya itu dengan membangun Emancipate ID bersama rekan-rekan saya :)
Emancipate ID melakukan riset, pelatihan kapasitas, kampanye, dan juga advokasi untuk melawan perbudakan modern. Sejauh ini, kami aktif berkampanye di media sosial dan beberapa acara seperti Happiness Festival dan Women's March dan diliput media nasional seperti CNN Indonesia dan radio KBR. Kami juga sudah melakukan pelatihan kapasitas untuk pemuda dari Bogor, Lampung, Yogyakarta, hingga Sydney. Untuk advokasi, kami juga terlibat dari acara skala nasional seperti Indonesia Economic Forum, hingga skala regional saat kami mewakili Indonesia di ASEAN Community Forum di Singapura dan ASEAN Youth Gathering.
Dalam berbagai kegiatan kami tadi, Emancipate ID melihat anak muda sebagai pihak yang mampu menjembatani hubungan antara sektor swasta, LSM, pemerintah, dan akademisi.
Mengapa demikian? Karena umumnya di masing-masing sektor ini masih terdapat egosektoral yang membuat semuanya bertindak sendiri-sendiri (Silo). Maka dari itu, Emancipate ID percaya bahwa berbagai kegiatan kami akan menjadi partisipasi yang bermakna dalam perubahan bila kami mendengarkan dan melibatkan semua orang dari semua sektor :)
Tantangan yang dihadapi Emancipate ID
Selain istilahnya yang belum dikenal luas sejauh ini tantangan utama kami adalah sumber dana. Karena prinsip kami untuk bersifat netral dan tidak memihak pada sektor manapun, kami berusaha sebisa mungkin untuk menjaga integritas dan independensi organisasi kami. Kami sedang menyusun rencana untuk membuat sayap bisnis dengan menjual kopi dan produk lain berprinsip fair trade yang bebas dari perbudakan, tapi lagi-lagi kami terkendala di modalnya yang besar. Sejauh ini kami masih bersifat swadaya. Namun tidak menutup kemungkinan kami ingin berkolaborasi dengan Angel Investors, social entrepreneurs, maupun pihak lain yang bersedia belajar dan berkomitmen untuk membersihkan rantai pasoknya dari jejak perbudakan :)
Suka duka
Suka dukanya selama menjadi bagian dari Emancipate ID adalah menyadari betapa besarnya visi kami, dan betapa sedikitnya sumber daya kami (baik secara dana maupun anggota).
Banyak dari kami pun masih mempelajari tentang isu perbudakan modern. Tapi seiring waktu berjalan, masing-masing dari kami telah merajut identitas bersama yang mencerminkan nilai-nilai yang kami percayai. Keterbatasan yang kami miliki juga telah membuat kami semakin dekat antara satu dengan lainnya. Lebih dari sekedar mitra berorganisasi, kami menjadi sebuah keluarga kecil yang saling pengertian.
Dalam beberapa kesempatan, kami juga terkadang tidak percaya betapa besarnya harapan masyarakat pada organisasi kami. Semua harapan tersebut menjadi semangat kami untuk terus konsisten berjuang melawan perbudakan modern tiap harinya :)
Modern Slavery
Modern slavery atau perbudakan modern adalah istilah yang kami maknai sebagai situasi eksploitasi di mana seseorang tidak dapat menolak atau pergi karena adanya ancaman, kekerasan, paksaan, penipuan, dan/atau penyalahgunaan kekuasaan.
Kata kunci dari perbudakan modern adalah adanya paksaan untuk membujuk seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak ingin mereka lakukan.
Perbudakan modern bisa berbentuk pekerja paksa, perkawinan paksa, eksploitasi seksual paksa, pekerja dalam kondisi yang mengkhawatirkan, hingga tindak pidana perdagangan orang (TPPO) atau human trafficking. Intinya, perbudakan modern bisa terjadi pada siapa saja (terpelajar maupun tidak), di mana saja (perkotaan maupun pedesaan), dan oleh siapa saja (bahkan keluarga kita sendiri) bila masih ada yang memperlakukan seseorang lebih tidak manusiawi dari manusia lainnya.
Perbudakan bisa terjadi pada siapa saja. Perkawinan paksa adalah salah satu tindak perbudakan modern terbanyak di Indonesia dan Asia Pasifik juga. Kalau orangtuanya yg maksa nikah gimana kak 😸
Nah, ini dia yang sering menjadi dilemma. Seharusnya tiap anak punya hak atas dirinya sendiri utk membuat keputusan menikah/tidak. Tapi seringkali faktor budaya dll membuat ini masih terjadi. Imbasnya, banyak yg jadi terbengkalai pendidikannya, dan angka kemiskinan meningkat krn tdk bisa menanggung beban ekonomi, serta angka perceraian meningkat krn anaknya blm siap secara fisik dan mental untuk menikah.
Ada banyak sih faktor-faktor penyebabnya. Ada beberapa faktor, namun yang dapat digarisbawahi adalah budaya dan hukum.
Pertama, secara budaya. Ketidaksetaraan gender khususnya telah mendiskriminasi perempuan (yang merupakan 71% dari 40 juta korban perbudakan di seluruh dunia). Sehingga perempuan seringkali dilihat lebih tidak manusiawi dibanding laki-laki dan diberi upah yang lebih rendah, dipaksa untuk menikah (seperti Merarik di Lombok), bahkan dieksploitasi secara seksual.
Selain itu, ada juga budaya-budaya eksploitatif terhadap pekerja di sektor 'informal', khususnya pekerja rumah tangga (PRT) dan buruh yang kerap diperlakukan secara tidak manusiawi dan memiliki kondisi kerja yang buruk dengan kontrak kerja yang tidak jelas.
Kedua adalah lemahnya penegakan hukum dan kurangnya tindak lanjut dari penegakan hukum. Indonesia sendiri telah memiliki UU TPPO no. 21 tahun 2007, tapi kasusnya masih seringkali ditemukan di dalam maupun luar negeri. Saat korban TPPO dibebaskan (repatriasi), seringkali mereka pun tidak mendapat upahnya dan modal untuk bertahan hidup sehingga berakhir di kondisi yang rentan untuk dieksploitasi kembali.
Secara hukum, dalam UU kita juga belum mampu mengakui PRT sebagai profesi formal yang sesungguhnya membutuhkan profesionalitas tinggi. RUU mengenai PRT pun masih mandeg selama belasan tahun terakhir, karena masih kentalnya budaya yang menggolongkan PRT sebagai profesi 'informal' dengan upah yang tidak layak dan kontrak kerja yang tak jelas.
Banyak juga kasus hukum buruh yang mengalami kecelakaan kerja (banyak yang hingga amputasi) diskriminasi jam kerja + upah, maupun PHK sepihak yang tidak terselesaikan dengan baik di Pengadilan Hubungan Industrial maupun pengadilan pada umumnya.
Secara presentase, paling banyak korbannya adalah perempuan. 90 persen korban eksploitasi seksual juga perempuan.
Indonesia adalah negara sumber, transit serta tujuan dari TPPO, khususnya terhadap perempuan dan anak. Menurut Trafficking In Persons (TIP) Report dari Kementerian Luar Negeri AS, Indonesia berada di Tier 2, yaitu golongan negara yang tidak sepenuhnya memenuhi standar perlindungan korban TPPO, namun sedang berusaha mengatasi kasusnya dengan usaha signifikan. Sementara menurut IOM, Indonesia menempati peringkat pertama dari jumlah korban TPPO yaitu sebesar 79,25 %. Daerah-daerah yang rawan TPPO sendiri adalah Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Utara, Medan, NTT, Kupang dan Papua. Tiap tahunnya ada lebih dari 1.000 kasus TPPO di Indonesia, dan 80 persennya adalah perempuan dan anak-anak. Fakta-fakta mengkhawatirkan ini menjadi refleksi tersendiri mengapa Indonesia masih harus banyak berusaha mencegah praktek perdagangan manusia yang terjadi di dalam maupun luar negeri.
Salah satu contoh kasus adalah anak muda yang diiming-imingi program magang di luar negeri (khususnya lulusan SMK). Hal yang terpenting adalah lebih berhati-hati dengan informasi yang kita dapatkan. Jangan ragu untuk bertanya ke dinas ketenagakerjaan setempat, pihak berwajib, atau LSM seperti Migrant Care yang bisa memberikan informasi dan konsultasi lebih lanjut tentang program magang yang kalian ikuti.
Praktik eksploitasi berkedok magang ini sering terjadi, bahkan seringkali didukung pihak sekolah yang juga tidak menyadari praktik eksploitatif itu. Maka dari itu, selalu berhati-hati dan jangan gegabah dalam mengambil keputusan magang atau kerja di luar negeri. Sebisa mungkin, coba dulu bekerja di Indonesia dan pahami hak-hakmu :)
Tips terhindar dari modern slavery
Jangan ragu untuk mencari informasi tentang hak kalian sebagai pekerja (bagi perempuan yang ingin bekerja) dan bermigrasi secara aman, serta hak kalian sebagai anak-anak untuk mendapatkan pendidikan dan bebas dari eksploitasi kerja, seksual, maupun dipaksa menikah.
Selain itu, jangan jadikan kerja di luar negeri sebagai tujuan utama kita. Jangan mudah teriming-imingi gaji besar. Bila sesuatu kelihatannya terlalu baik untuk jadi kenyataan, besar kemungkinannya memang itu terlalu baik untuk jadi kenyataan/tidak benar. Sekarang kita memiliki media sosial dan internet. Informasi ada dimana-mana. Jangan ragu untuk mencari tahu demi kebaikan kita sendiri dan yang lain. Saling mengingatkan apabila kita melihat tanda-tanda situasi eksploitatif dialami oleh keluarga maupun teman kita sendiri.
Tingkatkan kepekaan kita, dan ambil aksi konkrit. Salah satunya juga bisa dengan meningkatkan kesadaran dengan mendukung organisasi seperti Emancipate ID ;)
Pada intinya, menyikapi semua ini Emancipate ID merasa pemuda perlu menyadari semua isu ini karena pada akhirnya kita semua pun akan bekerja, maupun menjadi pemberi kerja. Dan saat kita bekerja dan menjadi pemberi kerja, pastikan kita menyadari praktik eksploitatif yang ada agar kita sendiri dan orang lain terhindar darinya :)
Untuk info lebih lanjut, bisa dicek di:
Instagram: @emancipate.id
Twitter: @EmancipateID
Facebook: Emancipate Indonesia
Web: www.emancipate.id
Q & A PART
1. Setelah membaca penjelasan dari kakak pemateri, ternyata Indonesia merupakan negera pertama dari perbudakan modern. Bagaimana dengan tindakan pemerintah mengenai hal tersebut kak?
Jawaban : Menurut kami, tindakan pemerintah sekarang sudah baik. Namun masih bisa ditingkatkan lagi, terutama dari upaya preventifnya.
Misalnya: pembekalan TKI yang akan diberangkatkan ke luar negeri harus lebih komprehensif, didukungnya DESBUMI (Desa Buruh Migran) untuk mencegah kasus serupa terjadi lagi di satu wilayah, pemberdayaan ekonomi bagi korban yg sudah dipulangkan, serta menindak penyalur sampai ke akar2 sindikatnya.
2. Menurut kakak sendiri apa sih hukuman yg bisa membuat efek jera bagi pelaku yg melakukan human trafficking?
Jawaban: Intinya kita harus kritis tapi tetap optimis sih. Sekarang ada laju tenaga kerja lintas negara, dan kompetisi semakin tinggi. Namun perlindungan terhadap TKI dan buruh migran lainnya harus tetap jadi prioritas pemerintah kita. Hukuman yang membuat jera tentu hukuman di penjara yang lebih lama dan tidak ditawar2, serta denda yang setimpal utk ganti rugi thdp korban.
Kasus yg selama ini terjadi, banyak pelaku yang dihukum hanya di bawah 5 tahun penjara. Ini merupakan dampak dr penegakan hukum juga yg kurang bersih dan tegas. Seharusnya tdk boleh ditawar2. Pengawasan jg hrs ketat agar pelaku tdk bisa beroperasi dr dlm penjara. Yang pasti, kami tidak mendukung hukuman berbasis kekerasan seperti hukuman mati.
Baik pada pelaku TPPO maupun pelaku perbudaman modern lain sekalipun. Krn sesuai motto kami:
Because No One Is Less Human Than Anyone
Toh kita pun tidak ingin TKI yg berada di luar negeri terkena hukuman serupa kan. Dan memang sudah banyak studinya bahwa hukuman mati tdk membawa efek jera :)
3. Bagaimana pendapat kakak mengenai banyaknya anaka anak di lampu merah yang kita dapati mereka lagi mengamen atau meminta minta? biasanya mereka adalah korban dari eksploitasi anak kak
Jawaban: Untuk kasus anak jalanan, ada yang terpaksa bekerja karena himpitan ekonomi dan menyambung hidup keluarga. Tapi banyak juga dari mereka yang dipaksa bekerja karena sindikat terorganisir yang mengancam mereka. Namun terlepas dari itu, tetap saja ada unsur kata "paksaan" di sini. Anak-anak semestinya mendapatkan hak atas pendidikan, bermain dan tumbuh kembang-bukannya bekerja.
Salah satu yang bisa kita lakukan adalah jangan memberi uang pada mereka. Berikan bantuan konkrit langsung yang bisa mereka konsumsi (makanan dan minuman bergizi). Karena saat kita memberi uang, itu hanya akan memperpanjang rantai eksploitasi yang ada. Selain itu, kita bisa melapor ke dinas sosial setempat mengenai kasus tersebut dan LSM yang bergerak di isu tsb (misal: Save the Children). Kebetulan salah satu kolaborasi Emancipate ID kedepannya adalah dengan aplikasi Qlue.
Kami akan coba memonitoring lokasi pekerja anak di Jakarta, melaporkannya lewat aplikasi, untuk kemudian ditindaklanjuti pemerintah Jakarta dan pihak berwajib.
Doakan saja nanti lancar ya :)
4. Menurut kakak, walaupun kita tidak gabung/belum gabung dengan emancipate id, tindakan atau hal2 kecil apasaja yg bisa dilakukan untuk memperbaiki keadaan yang buruk menjadi lebih baik terkait dengan modern slavery di lingkungan sekita kita, bagaimana cara kita ikut berpartisipasi melawan modern slavery
Jawaban: Nah, ini dia pertanyaan yang ditunggu-tunggu. Sebetulnya kita semua bisa saling berpartisipasi mencegah perbudakan modern dengan menjadi konsumen cerdas.
Di balik produk yang kita beli, pakaian yang kita pakai, snack yang kita makan, apakah ada jejak perbudakan di baliknya?
Apakah ada orang yang dieksploitasi demi kebutuhan dan kepuasan pribadi kita? (Misalnya: buruh kelapa sawit dan garmen yg dieksploitasi)
Kita bisa mulai aksi konkrit dengan menyadari realita tersebut, dan mendukung produk2 kecil yg bebas dari eksploitasi dan memberdayakan petani serta buruh yang bagi hasilnya lebih adil. Sekarang sudah mulai banyak kok social entrepreneur yang melawan perbudakan.
Dari dunia fashion, muncul istilah slow fashion. Atau kopi seperti Baraka Nusantara yang membedayakan petani perempuan di kaki gunung Rinjani dan mempromosikan kesetaraan upah bagi mereka. Banyak juga startup yang menghubungkan petani langsung dgn konsumen, agar memotong rantai eksploitasi dari tengkulak, agar petani mendapat penghasilan yg lebih layak. Selain menjadi konsumen yang cerdas, kita jg bisa saling mengingatkan pd teman kita atau keluarga.
Apakah kita sudah memperlakukan PRT kita dgn baik?
Apakah mereka sudah diberi upah yg layak? Apakah mereka mendapat hari libur dan jaminan kesehatan?
Intinya lebih ke saling mengingatkan aja sih, dan menjalankan prinsip kita dlm kehidupan sehari2.
PESAN & KESAN PEMATERI
Lanjutkan programnya ya. Ini sangat menarik dan menginspirasi :). Semoga bisa bersinergi dan berkolaborasi demi kebaikan kedepannya ya! Sukses terus semuanya :)Ikasa Regional Makassar mengucapkan banyak terima kasih atas partisipasi para peserta yang sangat antusias dan atas waktu yang kalian luangkan kami ucapkan banyak terima kasih dan juga kami ucapkan banyak terima kasih kepada pemateri hebat kita kali ini yakni Margianta S.J.D yang sudah berbaik hati untuk membagikan ilmu dan informasi penting ini kepada kami.
Special Thanks To Our Media Partner :
SAHABAT BEASISWA
SBC MAKASSAR
IKASA OFFICIAL
SDSN YOUTH
Jangan lupa untuk terus ikuti perkembangan dan segala aktivitas kami di akun sosial kami dibawah ini :
WEBSITE : IKASAMAKASSAR.ORG
OFFICIAL LINE : @HWA1088D
FANPAGE FACEBOOK : IKASA MAKASSAR
TWITTER : @IKASAMAKASSAR
INSTAGRAM : IKASAMAKASSAR
IKUTI TERUS BINCANG ONLINE KAMI DAN DAPATKAN PIAGAM PENGHARGAAN DIAKHIR TAHUN BAGI PESERTA DENGAN KEAKTIFAN TERBAIK SELAMA DISKUSI ^^
Salam Pemuda,
Salam Ikasa Makassar
Esti (Notulen) 😊
#Ikasamks
#mudakreatifbersemangat
#bon
#emancipateid
#modernslavery
#sahabatbeasiswa
#sbcmakassar
#sdsn
JANGAN LUPA BAHAGIA !!!!
😆😆😆😆😆😆😆
Komentar
Posting Komentar