Pengalaman ku selama di Ikasa Makassar adalah luar biasa. Membersamai sebuah organisasi yang dibangun dari nol bukanlah hal mudah. Awalnya hanya tertarik saja mencoba belajar isu-isu sosial kemudian dengan jalanNya Robb-ditunjukkan untuk bisa mengabdi di komunitas ini.
Menciptakan sebuah organisasi adalah hal sulit, tapi mempertahankannya-lah yang tersulit. Dan, saya merasakannya di Ikasa Makassar. Dua tahun menunggunya bangkit, dari yang anggota aktif hanya dihitung jari setiap pembahasan rapat. Ketika mulai tumbuh dan dikenal masyarakat, masalah demi masalah muncul. Masih kuingat dulu, saya dipercayakan menjadi bagian dari tim PSDM- divisi yang sama sekali tidak pernah terpikirkan bagaimana tugas dan tanggung jawabnya. Lalu, aku yang belum matang sempurna mengenal tugas ini dihadapkan situasi sulit di mana situasi tersebut dapat mengancam kelangsungan hidup Ikasa Makassar. Di tengah kesibukan yang padat dengan modal seadanya, aku dan seluruh tim berusaha menyelesaikannya. Dari situlah aku belajar banyak dari Ikasa Makassar.
Selain itu, aku menemukan hal-hal baru bersama Ikasa Makassar. Keluarga yang senantiasa saling mendengarkan. Tempat yang sejauh apapun kami pergi, ia menjadi tempat pulang terbaik. Walau kehadiranku tidak selalu membersamai-dalam proses tumbuh itu pun Ikasa Makassar selalu memperkuat silaturahminya.
Rasanya, jika ditugaskan menuliskan pengalaman selama Ikasa Makassar - tidak akan bisa melukiskan semua kenangan itu sebab terlalu banyak hal yang sangat sulit dijelaskan untuk bisa memahami betapa proses ini benar-benar luar biasa. Namun, izinkan saya sedikit bernostalgia.
Pertemuan demi pertemuan akhirnya tercipta dari sebuah diskusi online yang diadakan Ikatan Pemuda Peduli Sosial bertempat di Palembang. Di dalamnya membahas isu-isu penting-dipertemukan dengan berbagai orang dari penjuru nusantara. Sebenarnya kala diskusi online, aku hanya menjalankan peran menjadi penyimak yang baik. Namun, aktif memasuki setiap grup regional memperhatikan setiap informasi. Hingga teman-teman regional bersepakat mengadakan pertemuan buka puasa bersama. Kala itu aku berhalangan hadir.
Kelanjutan dari pertemuan itu, aku bahagia karena melihat antusiasme teman-teman regional melanjutkan forum ini menjadi lebih resmi dan praktikal yakni membetuk organisasi. Aku semangat, menjalani setiap proses administrasi hingga terbentuklah Ikasa Makassar dengan ketua terpilih - Angga.
Rapat pertama antusiasme tinggi, berlanjut rapat selanjutnya mulai berkurang. Lalu, pertemuan demi pertemuan kami kala itu merasakan seperti ada yang "menculik" mereka yang tak terlihat lagi batang hidungnya. Hal tersebut terus berlanjut dengan kebisuan grup mulai terasa dan rapat yang dihadiri hanya tiga dan bahkan hanya dua orang walau sudah menunggu berjam-jam.
Para power ranger (baca: anggota yang masih bertahan) pun tidak kenal lelah. Tetap mengadakan beberapa rencana program insidental walau terkendala sumber daya. Mengingat pepatah, "usaha tak akan mengkhianati hasil", Tuhan pun mendengar doa kami. Lewat ide Go-Teaching lah membuat Ikasa Makassar mulai bangkit.
Go Teaching di Cindakko, Maros membuat kami teman-teman Ikasa Makassar bersama para relawan sadar bahwa Ikasa Makassar tidak boleh menyerah. Aku belajar banyak dari anak-anak Cindakko, semangat mereka tak pernah putus walau hidup di dalam serba minim. Oleh sebab itulah, Ikasa Makassar butuh warna baru.
Sungguh banyak pengalaman demi pengalaman bersama organisasi ini. Sedih, suka, tawa, semuanya campur aduk. Bertahan menjadi pengurus Ikasa Makasdar dalam dua periode adalah hal luar biasa bagiku. Dan, hal luar biasa itu bukanlah ditempuh dengan mudah.
Hingga sekarang, rasa sulit melepaskan komunitas ini. Rasanya sulit melupakan organisasi ini. Sebab, Ikasa Makassar adalah tempat untuk bertumbuh, tempat belajar. Dan, tempat kenangan-kenangan itu hadir membentuk pribadi yang lebih tangguh demi membuat Indonesia tersenyum.
Komentar
Posting Komentar